Sejarah dan Prestasi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya


Sejarah Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya merupakan bagian dari perjalanan panjang pendidikan tinggi Katolik di Indonesia. Universitas ini didirikan pada tahun 1960 oleh Yayasan Atma Jaya yang dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta saat itu, Mgr. Adrianus Djajasepoetra. Sejak berdiri, Atma Jaya telah berkomitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas dan menghasilkan lulusan yang berkualitas pula.

Menurut Prof. Dr. Aloysius Budi Purnomo, Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, “Sejarah universitas ini merupakan cermin dari semangat keberanian untuk terus berkembang dan berinovasi dalam dunia pendidikan. Kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi mahasiswa dan masyarakat.”

Prestasi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya juga tidak bisa dipandang enteng. Dengan berbagai program studi unggulan seperti Teknik Informatika, Psikologi, dan Ilmu Komunikasi, Atma Jaya telah berhasil mencetak lulusan-lulusan yang berkualitas dan siap bersaing di dunia kerja.

Menurut Dr. Margaretha Sri Kusumawati, Ketua Program Studi Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, “Prestasi yang diraih oleh mahasiswa dan alumni kami merupakan bukti dari kualitas pendidikan yang kami berikan. Mereka tidak hanya pandai secara akademis, tetapi juga memiliki soft skills yang dibutuhkan di dunia kerja.”

Sejarah dan prestasi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya tidak lepas dari peran serta semua pihak yang terlibat, mulai dari dosen, mahasiswa, hingga alumni. Dengan semangat kebersamaan dan kerja keras, Atma Jaya terus berusaha untuk menjadi universitas yang unggul dan bermartabat.

Sebagai ungkapan dari semangat ini, Prof. Dr. Aloysius Budi Purnomo menambahkan, “Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dan terus berinovasi demi mencetak generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Sejarah dan prestasi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya adalah cermin dari komitmen kami untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.”